PURA ENEK / PURA KENTEL GUMI
Keberadaan Pura Enek tidak terlepas dari keterkaitan Pura-Pura yang ada di wilayah Tamblingan. Menurut narasumber yang saya hubungi yaitu Jero Mangku Putu Darma, pura yang pertama adalah Pura Gunung Rawun yang terletak di Puncak Gunung Lesung. Keberadaan Pura ini adalah sebagai tempat musyawarah para Dewa untuk menentukan daerah-daerah yang ada di wilayah Tamblingan. Setelah itu baru ditentukan tempat lokasi yang ke-2 yaitu Pura Guna Anyar, dimana Pura ini difungsikan sebagai tempat untuk memikirkan dimana dan bagaimana wilayah selanjutnya ditentukan. Setelah itu, tahapan yang ke-3 adalah didirikannya PURA ENEK (BUKAN ENDEK). Dari Pura-Pura di atas merupakan tatanan di Bhuana Agung dan hal tersebut ada kaitannya dengan Bhuana Alit yang ada di dalam tubuh kita.
Dikatakan sebagai Pura Enek atau Pura Kentel Gumi, karena dari sini terbentuk tatanan Tri Hita Karana yaitu Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan. Pada saat itu baru ada perkembangan DRESTA (adat istiadat) untuk melaksanakan ritual agama dengan tata laksana Adat Megama Tirta. Menurut keterangan penganut Sekta Wisnu, dengan adanya tanda-tanda di natar Pura ada pelinggih bernama Punama Sada yang berarti Pelinggih yang memilki tiang / saka sebanyak dua belas (12). Sepuluh (10) tiang tetap menyatu dengan badan pelinggih dan dua (2) tiang putus / tidak menyambung. Ini diartikan pelaksanaan panca yadnya mengikuti hari pesasihan yaitu diawali dari sasih kasa, sasih karo, sasih kapitu, sasih kaulu, sasih kasanga, dan sasih kadasa. Untuk sasih desta dan sasih sada dilarang melaksanakan upacara Madewasa (hari baik) terkecuali hari kelahiran anak.
Untuk mengetahui adanya Pura Enek bisa ditafsirkan sudah berkembang sebelum abad ke VIII dengan bukti penemuan Prasasti Tembaga yang bertahun Çaka 844 atau tahun 922 Masehi. Dalam Prasasti tersebut disebutkan bahwa raja Ugrasena berkenan memberikan keringanan tentang ayah-ayah atau gotong royong. Semenjak itu wilayah Tamblingan dipimpin oleh seorang keturunan dalem yang bernama Ida Betara Dalem Bahem yang selanjutnya mengembangkan penganut Adat Megama Tirta atau Sekta Wisnu yang sekarang dikenal dengan Desa Adat Dalem Tamblingan. Setelah adanya Pura Enek ini, kemudian ada Pura Dalem Tamblingan sebagai pusat pengembangan kehidupan ekonomi masyarakat. Di Pura Dalem Tamblingan ada suatu peninggalan yaitu sebuah Lingga Yoni yang dikenal dengan nama Celak Kontong. Setelah itu baru berkembang Pura-Pura seperti Naga Loka, Embang, Tajun, Telaga Aya, ulun Danu, Batu Lepang, Tirta Mengening, Gubug, Tukang Timbang Pengukiran, Pengukusan, Pekemitan Kangin, Pekemitan Kauh, dan Duwur sari. Mulai sejak itulah perkembangan penduduk diwilayah ini sangat pesat. Dan selanjutnya Ida Dalem memindahkan ke desa Indu Gobed yang sekarang dikenal dengan Catur Desa (Gobleg, Munduk, Gesing, Umajero) dan juga disebut Madyaning Mandala. Untuk wilayah Tamblingan disebut Utamaning Mandala, dan dari Pura Lawangan Agung ke bawah disebut Soring Mandala.
Pura Enek merupakan tonggak pengembangan Tri Hita Karana di wilayah Tamblingan dan disana ada tanda-tanda berupa Batu Besar yang berisi tanda Telapak Kaki. Namun seiring dengan berjalannya waktu sekarang tanda itu tidak kelihatan lagi karena tidak dijaga dari panas sinar matahari dan air hujan. Tidak hanya Batu Besar itu saja yang menjadi peninggalan pada zaman itu, namun masih ada peninggalan berupa Koper Batu, dan Topi
Berbicara mengenai hubungan dengan orang china pada saat itu, kita sudah memaklumi bahwa dimanapun diseluruh nusantara setiap wilayah pemukiman pasti ada kegiatan jual beli atupun barter (tukar barang ) yang didominasi oleh orang-orang china. Dengan adanya hal tersebut, untuk wilayah di
Untuk menarik kesimpulan bahwa Pura Enek/Kentel Gumi bisa dikatakan sebagai tonggak awal dari pengembangan Dresta (desa mawecara/adat istiadat).
sbenernya gobleg t dmana seh????
BalasHapusgaQ ngudeng aQu
Gobleg HARDCORE..!!!! yEAAAHHH.. \m/
BalasHapussaya ingin banyak tahu lagi tentang dalem tamblingan. sebab saya selaku umat hindu sangat tidak mengerti dengan adanya trah dalem tamblingan,trah gelgel dll. kalau menurut cerita dari orang tua sih kami trah dalem tamblingan,tempat pemujaannya di ciwa muka bulakan. tapi di besakih kok tidak ada tempat pemujaannya utk dalem tamblingan ya.....mohon penjelasan...maaf saya masih awam tentang masalah ini
BalasHapusmohon maaf apabila anda kurang berkenan atas keterlambatan saya untuk membalas komentar ataupun pertanyaan anda, itu dikarenakan sesuatu yang sangat penting sehingga saya tidak sempat untuk mengurus blog dalam jangka waktu yang cukup lumayan lama. lain kali mohon cantumkan alamat email anda agar saya gampang menjawab pertanyaan-pertanyaan anda langsung ke email anda masing-masing.
BalasHapus@darmawan : Gobleg itu terletak di kecamatan Banjar, kabupaten Buleleng-Bali. kode post 81152.
@Nym.Ardana : sebelumnya terimakasih atas partisipasi bapak pada blog saya ini dan mau bertanya khususnya mengenai sesuatu yang berhubungan dengan dalem tamblingan. sebenarnya saya merasa kurang percaya diri untuk menjawab pertanyaan ini karena yang bertanya adalah seorang sarjana sedangkan saya hanya sebagai mahasiswa semester 3 yang belum mempunyai gelar apapun. namun demi tanggung jawab maka saya akan menjawabnya.
memang untuk bukti dari babad gobleg ataupun prasasti yang lain tidak ada satupun yang menjelaskan tentang pertanyaan bapak ini. namun dari tutur-tutur para orang tua (gugon tuon)yang mengerti betul tentang Dalem Tamblingan ataupun langsung dari I Gst.Agung Ngurah Pradnyan,dan Jero Mangku Putu Dharma (selaku tokoh catur desa) bahwa di besakih itu ada pemujaan untuk dalem tamblingan. letaknya di komplek para dalem yaitu kumpulan pelinggih pura dalem seluruh bali, seperti misalnya krisna kpkisan. untuk gampang mencarinya pura ini ditandai dengan meru tumpang lima.
memang pertanyaan ini saya akui sebagai pertanyaan yang sangat bagus karena hanya segelintir orang saja yang mengetahui hal ini. sekali lagi saya ucapkan terimakasih.
Yang perlu kita susuru dari apa yg diposting dan saya melihat dan mendengar secara langsung apakah ada hubunganya antara desa bali age SCTP 4desa catur desa 4 desa dan kayuputih .catur desa 4 desa bali age 4 desa kalo dijumlahkan 8 desa tapi kayuputih tidak termasuk bali age dan catur desa tapi mempunyai kesamaan 1selalu mempiuning nunas tirta ke pura siwa gobleg setiap upacara bsik didesa maupun di dadya 2 kpuput olih balian 3pr dlem berada ditengah desa 4 piodalan pura kesungsung desa ngangge pelindwr 5 pura tidak ada padmasana mohon penjelasannya?
BalasHapus