Catur Desa

Catur Desa
Catur Desa : Gobleg, Munduk, Gesing, Uma Jero, Klik "Posting Lama" di bawah untuk informasi lainnya

BABAD_GOBLEG

Terlebih dahulu saya memohon ampun kepada para leluhur yang telah suci yang berstana di sunia-loka, karena saya telah membaca dan menyebut-nyebut nama beliau serta menceritakan riwayat hidup beliau, dan ada kemungkinan pula salah menafsirkan prasasti Babad Gobleg. Semoga tiada halangan dan tiada terkena tulah cakra-bhawa.

1.

Desa Gobleg, yang terletak di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali, pada zaman dahulu bernama: Indu Gobed


2.

Masyarakat Gobleg sejak awal berdirinya Kerajaan Indu Gobed, dipimpin oleh I Gusti Ngurah Panyarikan yang bertindak sebagai pemimpin pemerintahan dan juga pemimpin spiritual.


3.

Sima-sima (tradisi adat) yang ditetapkan sebagai peraturan adalah sbb:

1.

Pemimpin pemerintahan dan spiritual adalah I Gusti Ngurah Panyarikan dan keturunan-keturunan beliau, berlanjut terus sepanjang masa, dengan gelar I Gusti

2.

Apabila ada penduduk Gobleg melahirkan anak kembar lelaki-perempuan, patut didenda 5.000 keping uang bolong, dan keluarga itu diungsikan ke tepi ongkok agung. Peristiwa itu disebut ngamedalang kama salit atau kama ucing, atau kama buncing, yang menyebabkan desa menjadi panes dan leteh. Kalau anak perempuan lahir mendahului yang laki, itu salahnya lebih besar. Denda 5.000 itu dibagi dua, 2.500 untuk I Gusti Ngurah Panyarikan dan 2.500 untuk penduduk desa. Upacara pensucian desa agar dilakukan tengah (siang) hari, dipimpin oleh I Gusti Ngurah Panyarikan. Setelah itu memohon pengampunan pada Bhatara Aji Sakti

3.

Bila ada penduduk Gobleg melahirkan anak kembar kedua-duanya lelaki, atau kedua-duanya perempuan, maka itu suatu tanda tibanya anugerah Bhatara untuk kemakmuran dan kesejahteraan desa. Seluruh penduduk desa patut menyambut dengan upacara preteka, dipimpin oleh I Gusti Ngurah Panyarikan

4.

I Gusti Ngurah Panyarikan mempunyai tiga istri dan enam anak lelaki. Dari istri pertama mempunyai empat anak, yang tertua bernama I Gusti Ngurah Bendesa, diberikan istana dan rakyat yang tinggal di bebengan kelod kangin. Penduduk agar tunduk kepada perintah dan kepemimpinan beliau. Yang tidak mau tunduk, dihukum mati. Yang kedua bernama I Gusti Ngurah Nyerita setelah dewasa di-diksa sebagai Brahmana, yang ketiga bernama I Gusti Ngurah Kubayan, dan yang keempat bernama I Gusti Ngurah Agung Sakti. Dari istri kedua I Gusti Ngurah Panyarikan mempunyai seorang putra diberi nama I Gusti Ngurah Pangenter, kemudian setelah dewasa diberi tugas memelihara pura-pura yang ada di Indu Gobed. Dari istri yang ketiga, I Gusti Ngurah Panyarikan mempunyai seorang putra bernama I Gusti Ngurah Panye. Setelah dewasa bertugas sebagai pemimpin: di bidang pembangunan dan kekaryaan dengan gelar I Gusti Ngurah Manca Warna; di bidang penerangan dan pemberitaan dengan gelar I Cedrawa; di bidang menyiapkan upacara dengan gelar I Ngurah Bendesa. Untuk semua jabatan pemerintahan yang dirangkap itu, I Gusti Ngurah Panye bergelar Bupati. Untuk semua jabatan spiritual I Gusti Ngurah Panye bergelar Bhagawan Sakti. Tidak ada orang lain yang boleh menjabat hal-hal yang disebutkan di atas. Bila ada penduduk lain yang melanggar patut dihukum mati.

5.

Semua upacara yadnya agar menggunakan banten yang lengkap, dibuat oleh tukang banten yang ditunjuk oleh I Gusti Ngurah Panyarikan. Biaya pembuatan banten yang dibayar oleh mereka yang berupacara, dibagi tiga, yaitu sepertiga untuk I Gusti Ngurah Panyarikan, sepertiga untuk tukang banten, dan sepertiga untuk masyarakat Indu Gobed

6.

Bilamana ada orang meninggal dunia, maka upacara pitra yadnya dipimpin oleh I Gusti Ngurah Panyarikan sebagai pengenter, sejak awal nyiramang layon sampai akhir.

7.

Setiap upacara Panca Yadnya apapun, diawali dengan upacara pensucian jagat dengan banten: sesayut pacer gni, sesayut cerangcang gumi, sesayut pengenteg linggih, sesayut cakra gni, gambar badak putih, tumpeng agung. Banten itu katur kepada Sanghyang Galundu. Selain itu ada lagi kelompok banten: sesayut cerangcang gumi, tumpeng agung berwarna putih, tumpeng alit empat buah diletakkan di sekeliling tumpeng agung semua berwarna hitam, di tengah-tengahnya sebuah tumpeng alit berwarna kuning. Banten itu katur kepada Sanghyang Prakesa Gumi. Sebagai penutup upacara yang disebut sida karya, digunakan banten: sesayut pangider bhuwana, penek tingkeban, tumpeng putih, sesayut pengenteg linggih. Banten itu katur kepada Sanghyang Ibu Akasa. Selanjutnya ada kelompok banten: penek cerangcang gumi, penek sudamala, dihaturkan kepada Sanghyang Indra. Sesayut cakra gni, dihaturkan kepada Sanghyang Brahma dan Sanghyang Wisnu. Tumpeng alit diletakkan di empat penjuru: timur putih, selatan merah, barat kuning, utara hitam dihaturkan kepada Sanghyang Surya. Sesayut satak gumi dihaturkan kepada Bhatara Siwa Ayu Kentel Gumi. Sebuah cetakan nasi berbentuk bulat berwarna ungu, di tengah-tengah berisi bunga pucuk bang, digunakan untuk nuwur tirta: Prama siwa, Sada siwa, Siwa, Sanghyang Aji Sakti, Bhatara Pustaka Manik. Tirta Sanghyang Aji Sakti digunakan untuk nyengker sekeliling tempat mulai dari sisi timur, menuju ke: selatan, barat, utara, dan tengah. Pada pertengahan rangkaian upacara, menghaturkan Penek Boga kepada Bhatara Catur Dewata, di empat arah mata angin, yaitu timur, selatan, barat, dan utara. Semua pelaksanaan upacara dan penggunaan banten-banten tersebut diawasi oleh I Gusti Ngurah Agung Sakti. Selain itu, setiap upacara Panca Yadnya agar menghaturkan banten-banten yang dinamakan: “Bongkol Karya” : Sesayut Cakra Geni kepada Sanghyang Bedawangnala yang berkedudukan di kelod kauh. Sesayut Dasar Bumi kepada Sanghyang Pujut, I Dingkil, I Pahang Geni yang berkedudukan di kaja kangin. Sesayut Pengider Bhuwana kepada Sanghyang Langlang Bhuwana yang berkedudukan di kaja kangin. Sesayut Kentel Gumi kepada Sanghyang Kentel Gumi, yang berkedudukan di kelod kangin. Sesayut Pengenteg Linggih kepada Bhatara Ayu Dewa Ayu-Aya juga bergelar Ida Dewa Ayu Masmirah Kencana Manik atau I Dewa Ton, yang berkedudukan di tengah-tengah. Sesayut Resi Gana kepada Sanghyang Ratih, Sesayut Wisnu Puncak Manik kepada Bhatara Sanghyang Aji Sakti.

8.

Hyang Widhi distanakan di Indu Gobed sebagai (manifestasi) :
01. Bhatara Bayu
02. Bhatara Sapujagat
03. Bhatari Durga
04. Bhatara Agung
05. Bhatara Manik Aji
06. Bhatara Sanghyang Sidi
07. Bhatara Guru
08. Bhatari Sakti
09. Bhatara Brahma
10. Bhatara Mahadewa
11. Bhatara Wisnu
12. Bhatara Iswara
13. Bhatara Siwa
14. Bhatara Bhagawan Baruna
15. Bhatara Aji Darmajati
16. Bhatara Sanghyang Kintiya
17. Bhatari Kunti
18. Bhatara Dalem
Terutama di Pura Kahyangan Jagat di Indu Gobed, stana ke-18 Bhatara itu harus tetap dipertahankan dan disembah oleh segenap penduduk Indu Gobed sepanjang masa. Jangan lalai atau mengabaikan kewajiban ini.


4.

Ada dua orang tokoh Indu Gobed menjadi pepatih raja Kiyai Panji Sakti yang beristana di Sukasada, masing-masing bernama I Degug, bertugas di istana Sukasada, dan I Pasek Panji Landung di Tamblingan. Pada suatu ketika I Pasek Panji Landung ditugasi oleh Kiyai Panji Sakti untuk memimpin prajurit memerangi Blambangan. Ternyata beliau kalah dan dikejar-kejar oleh tentara Blambangan. Beliau melarikan diri, kemudian bertemu dengan seorang pendeta bernama Dukuh Sakti. Pendeta ini menyeberangkannya ke Bali dan mendarat di Kalianget. Sebagai ucapan terima kasih, I Pasek Panji Landung membangun sebuah Pura pemujaan Dukuh Sakti di Kalianget. Lama kelamaan I Pasek Panji Landung mempunyai seorang anak lelaki bernama I Ngurah Kalianget, ditugaskan oleh Kiyai Panji Sakti menjadi pepatih di Pengastulan. I Pasek Panji Landung kembali ke Tamblingan, dan untuk mengurus Pura Dukuh Sakti di Kalianget diserahkan kepada warga Bendesa Mas.


5.

Setelah I Gusti Ngurah Panyarikan berusia lanjut (lingsir) maka beliau menyerahkan segala tugas dan tanggung jawab sebagai pemimpin pemerintahan dan pemimpin spiritual di Indu Gobed kepada putranya yang tertua, yaitu I Gusti Ngurah Bendesa, dengan gelar kepanditaan/Brahmana: Siwa Muka. Penduduk Indu Gobed diminta untuk terus taat pada segala sima-sima yang sudah ditetapkan dan tunduk pada pemerintahan Siwa Muka. Bila ada yang melanggar, kepastu menjadi gila, kena penyakit yang tidak bisa diobati sampai mati.


6.

Penobatan I Gusti Ngurah Bendesa sebagai Siwa Muka, dikuatkan dengan didirikannya Pura Siwa Muka di mana distanakan Bhatara Siwa dan kemudian di Pura ini juga nantinya distanakan roh-roh I Gusti Ngurah Panyarikan dan keturunannya sebagai keluarga besar Brahmana. Penduduk Indu Gobed wajib nyungsung Pura ini, bila hendak selamat dan hidup damai dan bahagia.


7.

Di dalam Pura Siwa Muka, pelinggih utama berbentuk Gedong, stana Bhatara Siwa, dinamakan Gedong Amerta Jati. Di dalamnya terdapat arca Siwa duduk di atas singgasana dari besi kuning. Besi kuning ini adalah karunia Ida Bhatara Siwa, agar dijaga dengan baik karena wangsuh-pada besi kuning ini digunakan untuk menyelesaikan segala upacara dan dapat juga digunakan untuk mengobati/ menyembuhkan segala jenis penyakit.


8.

Penobatan Siwa Muka dihadiri oleh seluruh penduduk Indu Gobed, dan juga dihadiri oleh seluruh keturunan I Gusti Ngurah Panyarikan, di mana mereka mengadakan sumpah setia kepada Siwa Muka. Siwa Muka juga digelari sebagai bupati.


9.

Pada suatu ketika adalah seorang putra Dalem (raja) Solo (Surakarta) yang bernama Sang Aji Kretet. Karena sesuatu hal ia ‘diusir’ oleh ayahnya. Ia kemudian datang ke Bali bersama istrinya dan lama menetap di Klungkung. Dalem Klungkung menugasinya mengurus Pura Gelgel. Setelah lama bermukim di Gelgel, ia diminta menghadap pada Siwa Muka di Indu Gobed untuk menjadi pengikut Siwa Muka. Ia diterima oleh Siwa Muka, dan diberi tempat tinggal di alas bukit Gunung Raung. Ketika terjadi pemberontakan I Gusti Agung Maruti terhadap Dalem Klungkung, Sang Aji Kretet diutus oleh Siwa Muka untuk membantu Dalem Klungkung, tetapi kalah. Ia kembali ke Indu Gobed melaporkan kekalahannya. Siwa Muka kurang senang dengan kekalahan Sang Aji Kretet. Oleh karena itu derajat Sang Aji Kretet diturunkan menjadi Pasek Salunglung. Pada saat upacara pencopotan gelar itu, Siwa Muka sekali lagi mengingatkan agar seluruh keturunan Pasek Salunglung tunduk pada sima Indu Gobed dan setia pada kepemimpinan Siwa Muka. Hal ini disanggupi oleh Pasek Salunglung dengan upacara sumpah setia di Pura Siwa Muka.


10.

Hubungan antara keluarga I Gusti Ngurah Panyarikan dengan raja Kiyai Anglurah Panji Sakti sangat dekat seperti bersaudara. Dalam setiap peperangan antara kerajaan Buleleng dengan kerajaan lain, keluarga I Gusti Ngurah Panyarikan selalu membantu raja. Misalnya dalam perang ke Blambangan, keluarga I Gusti Ngurah Panyarikan membantu dengan empat orang panglima perang beserta laskarnya. Perang ke Blambangan itu tidak berhasil (kalah) dan salah seorang panglima perang I Gusti Ngurah Panyarikan (tidak disebutkan namanya) gugur di Blambangan.




20 komentar:

  1. tenget gati artikel anda.... wakakak...

    BalasHapus
  2. artikelmu keren...
    post comment juga donkz ke blogq...

    BalasHapus
  3. bangga banged nie jadi warga gobleg eaaa....

    BalasHapus
  4. dimana kah letak pura siwa muka itu? tolong beri penjelasannya biar gampang mencarinya

    BalasHapus
  5. apakah pura siwa muka ada hubungannya dengan pasek sanda.mohon impormasinya.suksme

    BalasHapus
  6. mohon maaf apabila saya agak lambat membalas pertanyaan saudara karena belakangan ini saya sangat sibuk jadi belum sempat membuka blog. lain waktu apabila ada pertanyaan mohon cantumkan alamat email anda agar saya gampang menjawabnya langsung ke email anda.
    @Sudita kt : pura siwa muka sebenarnaya ada dua yaitu pura siwa muka bulakan dan pura siwa muka suwukan, dimana pura ini berperan sebagai purusa dan pradana. pura ini berlokasi di desa Gobleg. sangat gampang untuk mencarinya karena semua orang pasti mengetahui. lain waktu akan saya posting mengenai pura siwa bulakan dan pura siwa suwukan, dimana ini ada hubungannya kenapa upacara pengabenan di desa Gobleg "Wadah" tidak dibakar.
    @Darma : seingat saya pasek sanda tidak ada hubungannya dengan pura siwa muka ataupun dalem tamblingan. karena pasek yang berhubungan dengan dalem tamblingan atupun pura siwa muka terdiri dari 16 pasek, dan pasek sanda tidak termasuk di dalamnya. lain waktu akan saya posting dalam blog ini sesuai dengan 16 pasek yang saya maksud. mohon maaf apabila jawaban saya kurang memuaskan karena saat ini saya membuka blog ini secara mendadak.

    BalasHapus
  7. Artikelnya bagus, saya suka inilah yang saya cari selama ini, kalau boleh tau Wira dari Gobleg mana kalau saya dari Jembong.. selanjutnya saya tunggu artikel2 lainnya.. malih apisan Suksema saya bangga ada anak Muda seperti Wira..

    BalasHapus
  8. @widarma: terimakasih atas partisipasinya dalam blog ini dan kemauan anda untuk menggali informasi mengenai catur desa, gobleg pada khususnya. saya kira saudara widarma terlalu berlebihan dalam memuji saya karena saya selaku manusia biasa yang tidak akan pernah sempurna dari yang namanya ilmu pengetahuan. untuk itu saya menulis blog ini guna memfasilitasi masyarakat yang memang benar-benar peduli terhadap catur desa. ibarat ilmu matematika kebanyakan orang-orang hanya mau menerima jawaban saja tanpa berusaha untuk mencari rumus yang dipakai guna mendapatkan jawaban tersebut. saya kira saudara Widarma adalah orang akademis dan intelektual jadi pasti mengerti apa yang maksud. untuk pertanyaan saudara, sebenarnya saya bukan asli orang Gobleg tetapi saya asli dari Kayuputih. Namun karena saya lahir di Gobleg dan sampai sekarang menetap di Gobleg jadi saya merasa saya adalah bagian dari panjak pengulu Gobleg. Untuk artikel selanjutnya masih dalam proses penyusunan. yaitu kenapa upacara pengabenan di desa Gobleg "Wadah" tidak dibakar, serta proses Upacara Karya Gede di Catur Desa. moho bersabar bli. sekali lagi terimakasih.

    BalasHapus
  9. dek,
    uning ring dije kawitan pasek selunglunge?

    BalasHapus
  10. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  11. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  12. Suksma antuk pitaken nyane.
    Sebelum saya menjawab pertanyaan Saudara Anonim (tanpa nama) izinkan saya untuk menjelaskan sesuatu yang berhubungan dengan pasek-pasek yang berhubungan dengan Siwa Muka Bulakan. terkait dengan semakin banyaknya yang menanyakan hal tentang pasek, dan juga saya belum sempat menepati janji saya (pada jawaban atas komentar saudara Darma) untuk memposting tentang kisah 16 pasek yang ada hubungannya dengan Siwa Muka Bulakan. Oleh karena itu kali ini akan saya berikan sedikit gambaran tentang ke-16 pasek tersebut.
    Enam belas (16) pasek yang saya maksud itu merupakan satu kesatuan Paguyuban Alas Amerta Jati yang merupakan salah satu lokasi berkembangnya keturunan Dalem pada saat itu. Dimana ke-16 pasek ini adalah keturunan dari I Bagejo dan I Daulat. ke-16 pasek tersebut yaitu;
    1. Pasek Dana Jaya
    2. Pasek Ulung
    3. Pasek Ulu Merta
    4. Pasek Ulika
    5. Pasek Pemancingan
    6. Pasek Kenca
    7. Pasek Ulu Jaya
    8. Pasek Tamblingan
    9. Pasek Jaya Kesuma
    10. Pasek Gawa
    11. Pasek Batur Sari
    12. Pasek Batu Lepang
    13. Pasek Batu Laga
    14. Pasek Watu Selem
    15. Pasek Keladian
    16. Pasek Selulung

    Terkait atas pertanyaan saudara Anonim (tanpa nama) Pasek selulung itu memang termasuk di dalam 16 pasek tersebut. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ke-16 Pasek tersebut kawitannya di DALEM TAMBLINGAN (termasuk Pasek Selulung) yang sering juga dikatakan sebagai TATADAN DALEM.
    mungkin anda agak sedikit bingung pada penjelasan saya atas gambaran yang saya paparkan di atas. Seperti misalnya Paguyuban Alas Amerta Jati, I Bagejo, I Daulat. itu semua merupakan tatanan Kisah Keturunan Arya di Daerah Punjab Kasmir India Utara, dilanjutkan dengan Kisah Keturunan Arya ke Nusantara, dan yang terakhir Kisah Berkembangnya Keturunan Dalem di Palemahan Alas Amerta Jati serta Pawidangan Sanantala Labuh. Jika ada waktu luang akan saya posting semua kisah-kisah tersebut guna melengkapi pengetahuan anda. Suksma atas kepercayaannya dalam partisipasi anda di blog ini melalui pertanyaan-pertanyaan yang sangat saya hargai.

    BalasHapus
  13. trims dek atas infonya dan tyang tunggu info terbarunya...no telp yg bs dihub dkrm dong lewat email saya

    BalasHapus
  14. @wirahadi: suksma mewali bli..081936452338

    BalasHapus
  15. tiang sendiri pingin tahu babad pasek pemancingan

    BalasHapus
  16. Swastyastu pak kd.
    tyang saking desa bengkel,kec busungbiu. Dadya tyang ring banjar,kec banjar buleleng.tyang miciwa bulakan ring gobleg.wenten sane nganikayang tyang niki pasek gelgel.nanging kantos mangkin tyang nenten uning ring kawitan tyang. Menawi pak kadek meduwe jawaban antuk pikobet tyang puniki. Suksma antuk walesannyane

    BalasHapus
  17. wew , ,mantap mas brow, , ,berkunjungmas brow, , salam jak yandira jembong yan sudira ne, , ,simpang ke web rage nah brow, , ,

    BalasHapus
  18. Info dong asal usul i bagejo dan i daulat

    BalasHapus
  19. Om Swastiastu🙏 sinampura tiang jagi metaken tentang babad Pasek tamblingan 🙏 #RAHAYU

    BalasHapus

Mohon komentarnya yang logis tanpa mengurangi nilai-nilai intelektualistis guna tercipta komentar serta pertanyaan yang bermanfaat bagi kita semua.