3. | Sima-sima (tradisi adat) yang ditetapkan sebagai peraturan adalah sbb: 1. | Pemimpin pemerintahan dan spiritual adalah I Gusti Ngurah Panyarikan dan keturunan-keturunan beliau, berlanjut terus sepanjang masa, dengan gelar I Gusti | 2. | Apabila ada penduduk Gobleg melahirkan anak kembar lelaki-perempuan, patut didenda 5.000 keping uang bolong, dan keluarga itu diungsikan ke tepi ongkok agung. Peristiwa itu disebut ngamedalang kama salit atau kama ucing, atau kama buncing, yang menyebabkan desa menjadi panes dan leteh. Kalau anak perempuan lahir mendahului yang laki, itu salahnya lebih besar. Denda 5.000 itu dibagi dua, 2.500 untuk I Gusti Ngurah Panyarikan dan 2.500 untuk penduduk desa. Upacara pensucian desa agar dilakukan tengah (siang) hari, dipimpin oleh I Gusti Ngurah Panyarikan. Setelah itu memohon pengampunan pada Bhatara Aji Sakti | 3. | Bila ada penduduk Gobleg melahirkan anak kembar kedua-duanya lelaki, atau kedua-duanya perempuan, maka itu suatu tanda tibanya anugerah Bhatara untuk kemakmuran dan kesejahteraan desa. Seluruh penduduk desa patut menyambut dengan upacara preteka, dipimpin oleh I Gusti Ngurah Panyarikan | 4. | I Gusti Ngurah Panyarikan mempunyai tiga istri dan enam anak lelaki. Dari istri pertama mempunyai empat anak, yang tertua bernama I Gusti Ngurah Bendesa, diberikan istana dan rakyat yang tinggal di bebengan kelod kangin. Penduduk agar tunduk kepada perintah dan kepemimpinan beliau. Yang tidak mau tunduk, dihukum mati. Yang kedua bernama I Gusti Ngurah Nyerita setelah dewasa di-diksa sebagai Brahmana, yang ketiga bernama I Gusti Ngurah Kubayan, dan yang keempat bernama I Gusti Ngurah Agung Sakti. Dari istri kedua I Gusti Ngurah Panyarikan mempunyai seorang putra diberi nama I Gusti Ngurah Pangenter, kemudian setelah dewasa diberi tugas memelihara pura-pura yang ada di Indu Gobed. Dari istri yang ketiga, I Gusti Ngurah Panyarikan mempunyai seorang putra bernama I Gusti Ngurah Panye. Setelah dewasa bertugas sebagai pemimpin: di bidang pembangunan dan kekaryaan dengan gelar I Gusti Ngurah Manca Warna; di bidang penerangan dan pemberitaan dengan gelar I Cedrawa; di bidang menyiapkan upacara dengan gelar I Ngurah Bendesa. Untuk semua jabatan pemerintahan yang dirangkap itu, I Gusti Ngurah Panye bergelar Bupati. Untuk semua jabatan spiritual I Gusti Ngurah Panye bergelar Bhagawan Sakti. Tidak ada orang lain yang boleh menjabat hal-hal yang disebutkan di atas. Bila ada penduduk lain yang melanggar patut dihukum mati. | 5. | Semua upacara yadnya agar menggunakan banten yang lengkap, dibuat oleh tukang banten yang ditunjuk oleh I Gusti Ngurah Panyarikan. Biaya pembuatan banten yang dibayar oleh mereka yang berupacara, dibagi tiga, yaitu sepertiga untuk I Gusti Ngurah Panyarikan, sepertiga untuk tukang banten, dan sepertiga untuk masyarakat Indu Gobed | 6. | Bilamana ada orang meninggal dunia, maka upacara pitra yadnya dipimpin oleh I Gusti Ngurah Panyarikan sebagai pengenter, sejak awal nyiramang layon sampai akhir. | 7. | Setiap upacara Panca Yadnya apapun, diawali dengan upacara pensucian jagat dengan banten: sesayut pacer gni, sesayut cerangcang gumi, sesayut pengenteg linggih, sesayut cakra gni, gambar badak putih, tumpeng agung. Banten itu katur kepada Sanghyang Galundu. Selain itu ada lagi kelompok banten: sesayut cerangcang gumi, tumpeng agung berwarna putih, tumpeng alit empat buah diletakkan di sekeliling tumpeng agung semua berwarna hitam, di tengah-tengahnya sebuah tumpeng alit berwarna kuning. Banten itu katur kepada Sanghyang Prakesa Gumi. Sebagai penutup upacara yang disebut sida karya, digunakan banten: sesayut pangider bhuwana, penek tingkeban, tumpeng putih, sesayut pengenteg linggih. Banten itu katur kepada Sanghyang Ibu Akasa. Selanjutnya ada kelompok banten: penek cerangcang gumi, penek sudamala, dihaturkan kepada Sanghyang Indra. Sesayut cakra gni, dihaturkan kepada Sanghyang Brahma dan Sanghyang Wisnu. Tumpeng alit diletakkan di empat penjuru: timur putih, selatan merah, barat kuning, utara hitam dihaturkan kepada Sanghyang Surya. Sesayut satak gumi dihaturkan kepada Bhatara Siwa Ayu Kentel Gumi. Sebuah cetakan nasi berbentuk bulat berwarna ungu, di tengah-tengah berisi bunga pucuk bang, digunakan untuk nuwur tirta: Prama siwa, Sada siwa, Siwa, Sanghyang Aji Sakti, Bhatara Pustaka Manik. Tirta Sanghyang Aji Sakti digunakan untuk nyengker sekeliling tempat mulai dari sisi timur, menuju ke: selatan, barat, utara, dan tengah. Pada pertengahan rangkaian upacara, menghaturkan Penek Boga kepada Bhatara Catur Dewata, di empat arah mata angin, yaitu timur, selatan, barat, dan utara. Semua pelaksanaan upacara dan penggunaan banten-banten tersebut diawasi oleh I Gusti Ngurah Agung Sakti. Selain itu, setiap upacara Panca Yadnya agar menghaturkan banten-banten yang dinamakan: “Bongkol Karya” : Sesayut Cakra Geni kepada Sanghyang Bedawangnala yang berkedudukan di kelod kauh. Sesayut Dasar Bumi kepada Sanghyang Pujut, I Dingkil, I Pahang Geni yang berkedudukan di kaja kangin. Sesayut Pengider Bhuwana kepada Sanghyang Langlang Bhuwana yang berkedudukan di kaja kangin. Sesayut Kentel Gumi kepada Sanghyang Kentel Gumi, yang berkedudukan di kelod kangin. Sesayut Pengenteg Linggih kepada Bhatara Ayu Dewa Ayu-Aya juga bergelar Ida Dewa Ayu Masmirah Kencana Manik atau I Dewa Ton, yang berkedudukan di tengah-tengah. Sesayut Resi Gana kepada Sanghyang Ratih, Sesayut Wisnu Puncak Manik kepada Bhatara Sanghyang Aji Sakti. | 8. | Hyang Widhi distanakan di Indu Gobed sebagai (manifestasi) : 01. Bhatara Bayu 02. Bhatara Sapujagat 03. Bhatari Durga 04. Bhatara Agung 05. Bhatara Manik Aji 06. Bhatara Sanghyang Sidi 07. Bhatara Guru 08. Bhatari Sakti 09. Bhatara Brahma 10. Bhatara Mahadewa 11. Bhatara Wisnu 12. Bhatara Iswara 13. Bhatara Siwa 14. Bhatara Bhagawan Baruna 15. Bhatara Aji Darmajati 16. Bhatara Sanghyang Kintiya 17. Bhatari Kunti 18. Bhatara Dalem Terutama di Pura Kahyangan Jagat di Indu Gobed, stana ke-18 Bhatara itu harus tetap dipertahankan dan disembah oleh segenap penduduk Indu Gobed sepanjang masa. Jangan lalai atau mengabaikan kewajiban ini. | |
|
4. | Ada dua orang tokoh Indu Gobed menjadi pepatih raja Kiyai Panji Sakti yang beristana di Sukasada, masing-masing bernama I Degug, bertugas di istana Sukasada, dan I Pasek Panji Landung di Tamblingan. Pada suatu ketika I Pasek Panji Landung ditugasi oleh Kiyai Panji Sakti untuk memimpin prajurit memerangi Blambangan. Ternyata beliau kalah dan dikejar-kejar oleh tentara Blambangan. Beliau melarikan diri, kemudian bertemu dengan seorang pendeta bernama Dukuh Sakti. Pendeta ini menyeberangkannya ke Bali dan mendarat di Kalianget. Sebagai ucapan terima kasih, I Pasek Panji Landung membangun sebuah Pura pemujaan Dukuh Sakti di Kalianget. Lama kelamaan I Pasek Panji Landung mempunyai seorang anak lelaki bernama I Ngurah Kalianget, ditugaskan oleh Kiyai Panji Sakti menjadi pepatih di Pengastulan. I Pasek Panji Landung kembali ke Tamblingan, dan untuk mengurus Pura Dukuh Sakti di Kalianget diserahkan kepada warga Bendesa Mas. |
|
tenget gati artikel anda.... wakakak...
BalasHapusnarsis ya, cool...
BalasHapusartikelmu keren...
BalasHapuspost comment juga donkz ke blogq...
bangga banged nie jadi warga gobleg eaaa....
BalasHapusdimana kah letak pura siwa muka itu? tolong beri penjelasannya biar gampang mencarinya
BalasHapusapakah pura siwa muka ada hubungannya dengan pasek sanda.mohon impormasinya.suksme
BalasHapusmohon maaf apabila saya agak lambat membalas pertanyaan saudara karena belakangan ini saya sangat sibuk jadi belum sempat membuka blog. lain waktu apabila ada pertanyaan mohon cantumkan alamat email anda agar saya gampang menjawabnya langsung ke email anda.
BalasHapus@Sudita kt : pura siwa muka sebenarnaya ada dua yaitu pura siwa muka bulakan dan pura siwa muka suwukan, dimana pura ini berperan sebagai purusa dan pradana. pura ini berlokasi di desa Gobleg. sangat gampang untuk mencarinya karena semua orang pasti mengetahui. lain waktu akan saya posting mengenai pura siwa bulakan dan pura siwa suwukan, dimana ini ada hubungannya kenapa upacara pengabenan di desa Gobleg "Wadah" tidak dibakar.
@Darma : seingat saya pasek sanda tidak ada hubungannya dengan pura siwa muka ataupun dalem tamblingan. karena pasek yang berhubungan dengan dalem tamblingan atupun pura siwa muka terdiri dari 16 pasek, dan pasek sanda tidak termasuk di dalamnya. lain waktu akan saya posting dalam blog ini sesuai dengan 16 pasek yang saya maksud. mohon maaf apabila jawaban saya kurang memuaskan karena saat ini saya membuka blog ini secara mendadak.
Artikelnya bagus, saya suka inilah yang saya cari selama ini, kalau boleh tau Wira dari Gobleg mana kalau saya dari Jembong.. selanjutnya saya tunggu artikel2 lainnya.. malih apisan Suksema saya bangga ada anak Muda seperti Wira..
BalasHapus@widarma: terimakasih atas partisipasinya dalam blog ini dan kemauan anda untuk menggali informasi mengenai catur desa, gobleg pada khususnya. saya kira saudara widarma terlalu berlebihan dalam memuji saya karena saya selaku manusia biasa yang tidak akan pernah sempurna dari yang namanya ilmu pengetahuan. untuk itu saya menulis blog ini guna memfasilitasi masyarakat yang memang benar-benar peduli terhadap catur desa. ibarat ilmu matematika kebanyakan orang-orang hanya mau menerima jawaban saja tanpa berusaha untuk mencari rumus yang dipakai guna mendapatkan jawaban tersebut. saya kira saudara Widarma adalah orang akademis dan intelektual jadi pasti mengerti apa yang maksud. untuk pertanyaan saudara, sebenarnya saya bukan asli orang Gobleg tetapi saya asli dari Kayuputih. Namun karena saya lahir di Gobleg dan sampai sekarang menetap di Gobleg jadi saya merasa saya adalah bagian dari panjak pengulu Gobleg. Untuk artikel selanjutnya masih dalam proses penyusunan. yaitu kenapa upacara pengabenan di desa Gobleg "Wadah" tidak dibakar, serta proses Upacara Karya Gede di Catur Desa. moho bersabar bli. sekali lagi terimakasih.
BalasHapusdek,
BalasHapusuning ring dije kawitan pasek selunglunge?
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSuksma antuk pitaken nyane.
BalasHapusSebelum saya menjawab pertanyaan Saudara Anonim (tanpa nama) izinkan saya untuk menjelaskan sesuatu yang berhubungan dengan pasek-pasek yang berhubungan dengan Siwa Muka Bulakan. terkait dengan semakin banyaknya yang menanyakan hal tentang pasek, dan juga saya belum sempat menepati janji saya (pada jawaban atas komentar saudara Darma) untuk memposting tentang kisah 16 pasek yang ada hubungannya dengan Siwa Muka Bulakan. Oleh karena itu kali ini akan saya berikan sedikit gambaran tentang ke-16 pasek tersebut.
Enam belas (16) pasek yang saya maksud itu merupakan satu kesatuan Paguyuban Alas Amerta Jati yang merupakan salah satu lokasi berkembangnya keturunan Dalem pada saat itu. Dimana ke-16 pasek ini adalah keturunan dari I Bagejo dan I Daulat. ke-16 pasek tersebut yaitu;
1. Pasek Dana Jaya
2. Pasek Ulung
3. Pasek Ulu Merta
4. Pasek Ulika
5. Pasek Pemancingan
6. Pasek Kenca
7. Pasek Ulu Jaya
8. Pasek Tamblingan
9. Pasek Jaya Kesuma
10. Pasek Gawa
11. Pasek Batur Sari
12. Pasek Batu Lepang
13. Pasek Batu Laga
14. Pasek Watu Selem
15. Pasek Keladian
16. Pasek Selulung
Terkait atas pertanyaan saudara Anonim (tanpa nama) Pasek selulung itu memang termasuk di dalam 16 pasek tersebut. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ke-16 Pasek tersebut kawitannya di DALEM TAMBLINGAN (termasuk Pasek Selulung) yang sering juga dikatakan sebagai TATADAN DALEM.
mungkin anda agak sedikit bingung pada penjelasan saya atas gambaran yang saya paparkan di atas. Seperti misalnya Paguyuban Alas Amerta Jati, I Bagejo, I Daulat. itu semua merupakan tatanan Kisah Keturunan Arya di Daerah Punjab Kasmir India Utara, dilanjutkan dengan Kisah Keturunan Arya ke Nusantara, dan yang terakhir Kisah Berkembangnya Keturunan Dalem di Palemahan Alas Amerta Jati serta Pawidangan Sanantala Labuh. Jika ada waktu luang akan saya posting semua kisah-kisah tersebut guna melengkapi pengetahuan anda. Suksma atas kepercayaannya dalam partisipasi anda di blog ini melalui pertanyaan-pertanyaan yang sangat saya hargai.
trims dek atas infonya dan tyang tunggu info terbarunya...no telp yg bs dihub dkrm dong lewat email saya
BalasHapus@wirahadi: suksma mewali bli..081936452338
BalasHapustiang sendiri pingin tahu babad pasek pemancingan
BalasHapusSwastyastu pak kd.
BalasHapustyang saking desa bengkel,kec busungbiu. Dadya tyang ring banjar,kec banjar buleleng.tyang miciwa bulakan ring gobleg.wenten sane nganikayang tyang niki pasek gelgel.nanging kantos mangkin tyang nenten uning ring kawitan tyang. Menawi pak kadek meduwe jawaban antuk pikobet tyang puniki. Suksma antuk walesannyane
wew , ,mantap mas brow, , ,berkunjungmas brow, , salam jak yandira jembong yan sudira ne, , ,simpang ke web rage nah brow, , ,
BalasHapusInfo dong asal usul i bagejo dan i daulat
BalasHapusOm Swastiastu🙏 sinampura tiang jagi metaken tentang babad Pasek tamblingan 🙏 #RAHAYU
BalasHapus