Catur Desa

Catur Desa
Catur Desa : Gobleg, Munduk, Gesing, Uma Jero, Klik "Posting Lama" di bawah untuk informasi lainnya

BERKEMBANGNYA KETURUNAN DALEM di PALEMAHAN ALAS AMERTA JATI dan PAWIDANGAN SANANTALA LABUH

Sementara Ida Dalem Kesari Warma Dewa menurunkan dinasti Warma Dewa, yang dilanjutkan dengan Keluarga Pasek Gelgel, kemudian Dinasti Kresna Kepakisan seperti disebutkan di atas, Ida Dalem Wira Tamblingan membangun pasraman di Alas Amerta Jati, tepatnya di tepi danau Tamblingan setelah kesah dari Dalem Puri.

Sekitar 20 tahun lebiih beliau beserta pengiring-pengiringnya yang di ajak turun ke Nusantara membangun pesraman yang menjadi kebanggaan kedua Dalem waktu itu. Ida Dalem Kesari Warma Dewa menjadi Ulun Amerta di daerah Bali selatan, sedangkan Ida Dalem Wira Tamblingan menjadi Ulun Amerta di belahan Bali utara.

Demikian kuatnya beliau pada waktu itu, sampai-sampai memasuki tahun çaka 235 musuh yang datang dari jagat Hindu yang ingin mengganggu ketentraman beliau berdua dapat dikalahkan. Sejak kalahnya musuh beliau berdua inilah tempat Ida Dalem berstana dinamakan JAGAT BALI.

Selanjutnya marilah kita ikuti pesraman Ida Dalem Wira Tamblingan di Alas Amerta Jati beserta isrti beliau Dewi Amerta Sari setelah berpisah dengan kakaknya Ida Dalem Kesari Warma Dewa. Sebetulnya perkawinan beliau dengan Dewi Amerta Sari telah dikaruniai seorang putra yang bernama Dalem Maojog Mambek, namun tinggal dengan Ida Dalem Sri Wira Satruning Bumi di solo. Tetapi setelah berstana lebih dari 20 tahun di Alas Amerta Jati ternyata belum dikaruniai putra lagi, sehingga beliau berkeinginan untuk memanggil putra beliau Dalem Maojog Mambek ke Bali.

Keinginan tersebut beliau sampaikan kepada kakak beliau di Solo dan kakak beliau sangat setuju, lebih-lebih maksud mengundang putranya adalah untuk menata pasraman di Tamblingan yang telah banyak mengalami perubahan-perubahan pada waktu itu. Berkat kekuatan kedua ayahn’danya baik yang di Solo maupun di Tamblingan akhirnya tibalah Ida Dalem Maojog Mambek di Tamblingan dengan selamat disambut oleh pengiring-pengiring Ida Dalem Wira Tamblingan.

Pengiring-pengiring beliau adalah keturunan dari I Bagejo dan I Daulat seperti yang telah dijelaskan di depan dan telah berkembang menjadi 16 pasek yang merupakan satu kesatuan Paguyuban Alas Amerta Jati. Ke-16 pasek tersebut yaitu ;

1. Pasek Dana Jaya

2. Pasek Ulung

3. Pasek Ulumerta

4. Pasek Ulika

5. Pasek Pemancingan

6. Pasek Kenca

7. Pasek Ulu Jaya

8. Pasek Tamblingan

9. Pasek Jaya Kesuma

10. Pasek Gawa

11. Pasek Batur Sari

12. Pasek Batu Lepang

13. Pasek Batu Laga

14. Pasek Watu Selem

15. Pasek Keladian

16. Pasek Selulung

Karena terjadi letusan gunung berapi dan bencana alam tanah longsor yang sangat hebat pada waktu itu, Ida Dalem Tamblingan menyadari sepenuhnya bahwa putra beliau tidak akan mungkin melanjutkan kehidupan di Tamblingan. Lagi pula beliau pada saat itu telah tiba saatnya dalam waktu dekat akan ke Alam Sunia. Agar dinasti Tamblingan beserta pengiring-pengiringnya tetap terjaga, maka dipanggillah putranya dan beliau bersabda “ Anakn’da Dalem, sekarang anakn’da sudah dewasa dan sudah saatnya beristri, disamping sudah saatnya Ibu beserta Aji untuk kembali ke Swarga Loka. Ini Ibu beserta Aji telah mempersiapkan tetegenan dan buah labu dengan sanan tebu. Pergilah dan pikul seperangkat tetegenan ini, jalanlah terus, nanti dimana sanan tebu itu patah dan labu itu jatuh berstanalah Anakn’da di sana. Bersamaan dengan itu akan datang seorang gadis yang sangat cantik , itulah yang akan menjadi istri Anakn’da. Tempat jatuhnya tetegenan itu sebutlah SANANTALA LABUH”.

Setelah beliau berkata demikian, pada tahun çaka 260 moksalah Ida Dalem Wira Tamblingan beserta istri beliau di tepi danau Alas Amerta Jati, dan mulai saat itu danau tersebut diberi nama Danau Tamblingan.

Sepeninggal Ida Dalem Wira Tamblingan beserta istri beliau, untuk menghormati bisama dari Ayahn’danya berangkatlah Ida Dalem Maojog Mambek memikul tetegenan yang telah dipersiapkan keluar dari kawasan Tamblingan. Beliau berjalan terus, berjalan, dan berjalan bersama pengiringnya yang sudah dipersiapkan sesuai dengan pesan Ayahn’danya.

Setelah melintas pada suatu tempat di lereng bebukitan, sanan yang dibuat dari tebu itu patah di tengah-tengah dan kedua buah labu jatuh. Selanjutnya timbullah dua buah Bulakan dengan air yang sangat jernih. Bersamaan dengan itu muncullah seorang putri yang sangat cantik dan atas pesan Ayahn’danya dinamakan putri Sarin Tahun.

Tidak begitu jauh dari tempat labu itu jatuh di tempat yang agak datar dan subur, akhirnya beliau dengan pengiring-pengiringnya mendirikan pesraman dan diberi nama Puri Sanantala Labuh. Karena sudah merupakan jodoh yang dikehendaki oleh’Nya sesuai pesan Ida Dalem Wira Tamblingan, akhirnya kawinlah Ida Dalem Maojog Mambek dengan Putri Sarin Tahun pada tahun çaka 262.

Bulakan yang muncul sesuai dengan bisaa Ayahn’danya akhirnya diemban menjadi Pura Bulakan, dan tempat beliau berstana dengan pengiring-pengiringnya diberi nama PURI SANANTALA LABUH, di palemahan Gobleg sekarang dengan penuh kedamaian.

Buah perkawinan beliau dikaruniai seorang putra yang diberi nama Sri Dalem Wira Bumi. Sri Dalem Wira Bumi sebagai generasi ke tiga dari Dinasti Dalem Tamblingan tumbuh dan berkembang menjadi remaja di bawah bimbingan Ida Dalem Maojog Mambek beserta istri beliau, sambil ngemban Pura Bulakan dimana telah tercipta Tirta Predana Urip dan Tirta Predana Pati. Seluruh paguyuban Puri Sanantala Labuh dalam melaksanakan panca yadnya menggunakan kedua Tirta Bulakan tersebut untuk muput yadnya, sehingga terjadilah kedamaian yang luar biasa pada waktu itu. Puri Sanantala Labuh berkembang dengan pesat, bahkan sudah terjadi hubungan balik dengan dinasti Ida Dalem Sri Wira Jaya Satruning Bumi di Solo yang menguasai jagat jawa pada saat itu.

12 komentar:

  1. swastyastu,to adi saputra.
    ulasan yang anda susun sama dengan kajian yang berjudul Jati diri pemeluk siwa muka bulakan dalem tablingan gobleg oleh i nyoman sutha maya,tanggal 16 november 2003,dimana makalah tersebut ada bagian yang dikoreksi oleh keluarga pengenter (gesing) dan puri gobleg.
    Tapi merupakan suatu usaha yang bagus untuk mencoba meneliti sejarah tamblingan yang sulit dilacak.
    mari saling melengkapi dan agar apa yang kita sampaikan ke publik bisa dipelajari,tidak membingungkan dan medekati kesemprnaan dari sejarah sebenarnya,meski tidak akan mungkin sampai 80%. Salam dari Putu ebit Gesing...

    BalasHapus
    Balasan
    1. suksma atas masukannya.. kalau boleh saya tahu bagian mana yang telah dikoreksi? dan mohon bantuannya untuk unpublish apa saja yg benar atas koreksi tersebut.

      Hapus
  2. suksma atas masukannya.. kalau boleh saya tahu bagian mana yang telah dikoreksi? dan mohon bantuannya untuk unpublish apa saja yg benar atas koreksi tersebut.

    BalasHapus
  3. MOHON PETUNJUKNYA,,tepatnya dimana letak puri sanantala labuh sekarang???

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dibawah pura bulakan gobleg bro.. Tanya aja disana I GUSTI AGUNG NGURAH PRADNYAN (COK AGUNG)

      Hapus
  4. MOHON PETUNJUKNYA,,tepatnya dimana letak puri sanantala labuh sekarang???

    BalasHapus
  5. Selamat malam pak kadek, kalau boleh saya tahu pak kadek dari keluarga mana nggih ? (Apakah keluarga keturunan Dalem tamblingan ataukah Keturunan dari salah satu Pasek ataukah yang lainnya nggih) , terus terang saya sangat senang membaca tulisan - tulisan pak kadek.

    BalasHapus
  6. Mohon juga dimuat refferensi yang memperkuat makalah pak kadek, suksma. Tyang juga warga Siwa Muka Bulakan Dalem Tamblingan

    BalasHapus
  7. Om Swasty astu,, semeton tyang sami..🙏

    Sebelumnya ampure, ampure, ampure...
    Tyang tidak kenal asal usul kawitan tyang,
    Dan saat ini ibarat perahu kecil terombang ambing ditengah lautan. Hanya "katanya tyang juga keturunan Dalem Tamblingan"
    Tyang merasa seperti kena bisama,,,

    Mohon kepada semeton tyang yg tau / bisa menunjukan jalan tyang harus kmna? Ke siapa tyang mncari jati diri, nunas bntuannya sangat,,🙏🙏🙏

    Skali lagi ampure dan sksema banget.

    BalasHapus
  8. Osa, tyg jro mangku i made sekar saking dadya pengenter pucak pandan harum selat pandan banten,..salam rahayu, sdh tyg baca semuanya, memang betul sejarah yg di paparkan di sini, dan tyg sendiri juga sering tangkil ngatur sembah bhakti ring pura dalem tamblingan, dan pura siwa muka bulakan ring desa gobleg, bilamana ada upacara manca yadnya ring dadya, maupun ring pekunon...tityg nglungsur pengampura, lan matur suksma semeton sane sampun ngewacen sejarah sane sampun di paparkan driki...Om santih3x Om...

    BalasHapus

Mohon komentarnya yang logis tanpa mengurangi nilai-nilai intelektualistis guna tercipta komentar serta pertanyaan yang bermanfaat bagi kita semua.